Pendidikan Jiwa Anti Korupsi
Jangan
pernah menyebut korupsi sebagai budaya yang telah berkembang pesat pada negara
kita, kerena budaya bangsa ini terlalu indah dan bermakna serta bernilai mahal
untuk dikonotasikan dengan istilah korup. Tetapi dalam kenyataannya korupsi
memang telah menjadi penyakit berbahaya yang seolah-olah telah membudaya di
Indonesia. Tidak cukup dalam dunia pemerintahan saja, tapi juga telah merasuk
dalam berbagai aspek kehidupan. Korupsi sudah menjadi bagian negatif yang tidak
dapat ditinggalkan dalam sistem birokrasi. Mungkin bagi seorang koruptor,
korupsi sudah mendarah daging, dan dijadikan ajang untuk merauk kekayaan
sepuasnya. Bagi mereka korupsi bukan lagi merupakan suatu pelanggaran hukum
melainkan sekedar suatu kebiasaan. Kebiasaan seperti apa dalam korupsi itu,
yang jelas kebiasaan tersebut merupakan kebiasaan busuk yang tidak beradab dan
tidak menjunjung tinggi nilai kemanusiian sebagaimana yang telah menjadi nilai
ideologi Indonesia yaitu pancasila.
Penyebab
korupsi diantaranya yaitu karena adanya keinginan dan kesempatan. Keinginan
berkaitan dengan moral seseorang, sedangkan kesempatan berkaitan dengan sistem.
Oleh karena itu, agar negara terbebas dari kasus korupsi maka sangat diperlukan
penanaman nilai-nilai antikorupsi sejak dini, dimulai dari lingkungan keluarga,
masyarakat, sekolah, dan pendidikan tinggi serta instansi-instansi khususnya di
pemerintahan. Generasi muda sebagai generasi penerus bangsa dan merupakan
generasi emas harus mendapatkan pendidikan antikorupsi agar suatu saat mereka
tidak terjerumus ke dalamnya.
Setelah
diperhatikan, usia koruptor makin lama kian makin muda, mulai mengarah pada
usia dibawah 40 tahun. Dan yang lebih mengejutkan lagi, tindakan korupsi ini
mulai melibatkan hubungan keluarga. Kita ingat kembali kasus Atut di Banten
yang telah melibatkan hamper seluruh anggota keluarga besarnya. Kemudian yang
tidak kalah lagi kasus penangkapan Bupati Karawang beserta istri karena memeras
salah satu perusahaan yang telah mengajukan izin pembangunan pusat
perbelanjaan. Tidak hanya kasus diatas, Wali Kota Palembang Romi Herton dan
istri juga ditangkap karena kasus penyuapan terhadap mantan Ketua MK Akil
Mochtar, sedangkan Bendahara Umum Partai Demokrat Nazaruddin dan istrinya
ditangkap, karena sejumlah kasus tindak pidana korupsi. Tidak hanya pada
kalangan pemerintahan saja kasus korupsi terjadi, di kalangan akademik pun
pernah ada seperti kasus korupsi yang dilakukan oleh Rektor Unsoed.
Berdasarkan
kejadian-kejadian yang ada menunjukkan bahwa pentingnya sebuah keluarga
khususnya yang sangat berpengaruh terhadap tindakan yang dilakukan seseorang
untuk berupaya korup. Hal ini menjadi keprihatinan masyarakat Indonesia.
Apalagi masyarakat ekonomi bawah yang notabene pendidikannya rendah dan hanya
bisa melihat dan merasakan sengsaranya mereka mencari sesuap nasi untuk makan
sehari-hari sedangkan uang yang mereka bayarkan untuk pajak malah dikorup oleh
tangan-tangan kotor yang tak bertanggungjawab.
Tanpa
kita sadari, bahwa keluarga bisa menjadi salah satu pemicu seseorang untuk melakukan
tindakan korupsi, karena pola hidup yang boros dan konsumtif yang dibina dari
keluarga. Karena itu, pendidikan antikorupsi dan penanaman hidup yang sederhana
dalam keluarga menjadi hal yang paling utama dan menjadi salah satu fokus utama
pemerintah khususnya KPK.
Pencegahan
korupsi dengan menanamkan sifat kejujuran dan kedisiplinan pada keluarga akan
sangat mempengaruhi jiwa seseorang dimasa depannya. Jika seseorang telah
dididik dengan sifat-sifat tersebut mulai dari sedini mungkin akan membawa
dirinya sebagai pribadi yang jujur dan disiplin. Peran orang tua disini
penting, karena mulai dari tindakan orang tua dan cara didikan mereka
anak-anaknya akan mencontohnya, dan diimplementasikan dengan tingkah lakunya.
Selanjutnya
lingkungan masyarakat sekitar. Ditempat kita tinggal kita pun harus selektif
terhadap sikap-sikap orang yang mana tiap orang pasti berbeda-beda.
Berpandai-pandai dalam bergaul, dan apabila kita bisa membawa suasana yang
positif terhadap lingkungan sekitar kita maka lakukanlah. Jika kita lebih baik
dari mereka, tanamkanlah jiwa teladan sejati. Atau jika kita lebih diwah mereka
maka belajarlah darinya.
Selain
kedua factor yang sudah disebutkan tadi, masih banyak lagi factor lain seperti
lingkungan sekolah. Sekolah adalah tempat menuntut ilmu. Disana kita banyak
belajar mengenai hal-hal yang mungkin belum kita mengerti atau sudah mengerti
namun tak tahu benar pastinya. Kini banyak sekolah-sekolah yang mengajarkan
tidak hanya pembelajaran saja namun juga diterapkan didalamnya mengenai
pendidikan karakter. Tidak sedikit sekolah yang menanamkan jiwa karakter pada
anak didiknya. Namun, ada juga sekolah yang masih saja tidak sebagus namanya,
maksudnya tidak pantas dengan kelsnya yang mungkin sudah evel tinggi. Sebenarnya
yang salah bukan pada sekolanya, tetapi pada tenaga pengajarnya.
Tidak sedikit guru yang
tingkah lakunya tidak sesuai dengan profesinya. Tindakan-tindakan tersebut
sangat tidak lazim dilakukan, karena akan berdampak negative pada muridnya.
Akan jauh lebih baik apabila setiap guru memberikan teladan pada
murid-muridnya, mulai dari menanankan jiwa karakter sebelum pembelajaran
dimulai, jadi selain mengajar, ada yang namanya mendidik terlebih dahulu. Jadi,
semata-mata murid tidak hanya tahu materi pelajaran saja, tetapi mereka bisa
bertingkah laku yang menjunjung nilai harkat dan martabat manusia. Mereka jadi
tahu bagaimana cara berperilaku yang sopan, dan bertanggung jawab.
Dunia pendidikan memang
berperan sangat penting. Membentuk karakter-karekter generasi penerus bangsa
yang berbudi pekerti luhur dan bertaqwa serta menjalankan nilai-nilai pancasila
merupakan tujuan utama. Gambaran akan seperti apakah bangsa ini nantinya bisa
dilihat dari sikap anak muda dimasa sekarang.
Di Indonesia tidaklah sedikit perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta.
Tentunya banyak mahasiswa yang memilki pandangan jauh lebih baik dari pada
mereka yang bukan mahasiswa. Sebagai jiwa muda sudah selayaknya memberikan
perubahan, perubahan mental yang akan membawa Indonesia lebih baik lagi.
Pendidikan
jiwa anti korupsi harus ada pada setiap diri seseorang, karena dengan demikian
negara akan jauh lebih baik bahkan bisa bebas dari korupsi. Jiwa Anti Korupsi
yang tertanam dari dini akan membawa hal positif untuk masa depannya. Negara
yang bebas akan korupsi maka akan terjamin kesejahteraannya. Korupsi sangat
merugikan bangsa. Oleh karena itu, menumbuhkan sikap dan membuat perubahan
mental secara positif dengan menanamkan jiwa anti korupsi pada setiap orang
mulai sejak dini merupakan salah satu cara untuk mengatasi masalah korupsi di
negara ini.
ooO..Ooo